Sunday, December 27, 2009

Peristiwa Penting Pada Hari Asyuraa (10 Muharram)


Muharram bererti bulan yang diharamkan. Menurut sejarah ia dinamakan demikian kerana pada bulan ini Bangsa Arab tidak dibenarkan berperang. Larangan ini berlaku sehingga ketibaan Islam. Setelah Islam bertapak kukuh ianya dimansuhkan. Banyak peristiwa penting berlaku di Bulan Muharram khususnya di hari Asyuraa iaitu 10 Muharram :
  • Hari pertama Allah s.w.t menjadikan alam ini.
  • Hari pertama Allah menurunkan rahmat.
  • Hari pertama Allah menurunkan hujan.
  • Hari pertama Allah menjadikan Luh Mahfuz.
  • Allah menjadikan Malaikat Jibril.
  • Allah menerima taubat Nabi Adam a.s dan membersihkan baginda daripada segala dosa.
  • Allah mengangkat martabat Nabi Idris a.s ke tempatyang tinggi.
  • Allah menyelamatkan Nabi Ibrahim a.s daripada kekejaman Namrud yang membakar baginda hidup-hidup.
  • Allah mengeluarkan Nabi Yusuf a.s daripada penjara setelah meringkuk beberapa tahun akibat fitnah Zulaikha.
  • Allah menyelamatkan Nabi Nuh a.s yang terapung-apung bersama pengikut-pengikutnya di dalam bahtera baginda tatkala dilanda banjir besar.
  • Allah memulihkan penglihatan Nabi Yaakub setelah buta beberapa lama akibat menangisi nasib anaknya Yusuf yang hilang.
  • Nabi Yunus a.s terselamat di dalam perut ikan Nun setelah ditelan selama 40 hari 40 malam. Baginda diselamatkan setelah bertaubat dan berzikir banyaknya.
  • Allah menyelamatkan Nabi Musa a.s dari dikejar oleh Firaun dan bala tenteranya.
  • Allah menyembuhkan penyakit Nabi Ayub a.s yang telah dideritai oleh baginda sekian lama.

Kiriman : Akhi Mistar

Tuesday, December 22, 2009

Semoga bermanfaat untuk kita (Asy-Syaikh Abdul ‘Aziz bin Abdullah bin Baz)

Kuwasiatkan bagi seluruh kaum muslimin untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wata'ala dan mempelajari agama di berbagai madrasah ataupun tempat menuntut ilmu agama lainnya, dan hendaknya mereka bertanya kepada ulama mengenai hukum-hukum agama yang masih menjadi permasalahan bagi mereka, karena Allah ta’ala berfirman:

فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لا تَعْلَمُونَ

“Maka bertanyalah kepada orang-orang yang berilmu, jika kalian tidak mengetahui.” (Al-Anbiya: 7)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:

“Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.”

Adapun perkara yang paling penting dalam menuntut ilmu adalah membaca Al Qur’an Al Karim dan memahami maknanya, serta mencurahkan perhatian dan mempelajari sunnah-sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam, juga mengambil faidah dari kitab-kitab ahlus sunnah, kitab tafsir Al Qur’an Al Karim, dan kitab-kitab yang menerangkan hadits-hadits Nabi Shallallahu'alaihi wasallam buah karya para ulama yang terkenal dengan keilmuannya, kebaikan agama dan akidahnya. Rasul Shallallahu'alaihi wasallam bersabda:
“Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.” (Shahih, HR. Al-Bukhari dalam Shahih-nya)

Beliau Shallallahu'alaihi wasallam juga mengatakan:
“Barangsiapa menempuh jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di salah satu dari rumah-rumah Allah mereka membaca Kitabullah dan saling mengajarkannya di antara mereka, kecuali akan turun kepada mereka ketenangan, diliputi oleh rahmah, dikelilingi oleh para malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka kepada siapa saja yang ada di sisi-Nya. Barangsiapa yang berlambat-lambat dalam amalannya, niscaya tidak akan bisa dipercepat oleh nasabnya.” (HR. Muslim dalam Shahih-nya)

Telah diketahui bahwasanya mempelajari syariat Allah -yang untuk tujuan itulah manusia diciptakan- adalah kewajiban yang paling penting. Allah telah memudahkan jalan untuk menuntut ilmu bagi semua orang, baik itu melalui siaran Idza’ah Al Qur’an Al Karim, Nur ‘alad Darb maupun halaqah-halaqah ilmu yang diadakan di masjid, atau melalui kajian intensif ilmiah dan media yang lain. Seorang mukmin ataupun mukminah wajib untuk memperhatikan dan mengambil faidah darinya, di mana pun dia berada.

Yang perlu diperhatikan adalah larangan menyimak segala sesuatu yang dapat merusak hati dan akhlak, seperti nyanyian, kaset-kaset yang menyimpang, atau pun alat-alat musik. Semua ini merusak hati dan akhlak, sehingga wajib untuk memperingatkannya dan menasihatkan untuk meninggalkannya, dalam rangka mengamalkan firman Allah Subhanahu wata'ala:

وَالْعَصْرِ إِنَّ الإنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Demi masa. Sesungguhnya manusia berada di dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih dan orang-orang yang saling berwasiat dengan al haq dan saling berwasiat di dalam kesabaran.” (Al-‘Ashr: 1-3)

Dan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wasallam:

الدّين النّصيحة، قلنا : لمن ؟ قال : للّه ولكتابه ولرسوله و لأءمّةالمسلمين وعامّتهم

“Agama ini adalah nasihat.” Kemudian ditanyakan kepada beliau, “Untuk siapa, wahai Rasulullah?” Beliau mengatakan, “Untuk Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, dan untuk para imam kaum muslimin dan orang-orang awam di kalangan mereka.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya)

Perkara yang harus diperhatikan sungguh-sungguh dan harus saling diwasiatkan oleh kaum muslimin semuanya, adalah menyeru manusia kepada Allah Subhanahu wata'ala dan memerintahkan mereka pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Karena hal ini merupakan sebab terbesar yang dapat memperbaiki hati dan masyarakat. Dengannya kemuliaan mereka akan tampak dan kehinaan akan tertutupi. Dalil-dalil tentang hal ini sangatlah banyak, di antaranya surat Al-‘Ashr dan hadits Ad-Diinu An-Nashihah di atas.

Termasuk pula firman Allah Subhanahu wata'ala:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الإثْمِ وَالْعُدْوَانِ

“Dan saling tolong-menolonglah kalian di dalam kebaikan dan takwa dan janganlah kalian saling tolong-menolong dalam dosa dan permusuhan.” (Al-Maidah: 2)

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَيُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَيُطِيعُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ أُولَئِكَ سَيَرْحَمُهُمُ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ


“Dan orang laki-laki yang beriman dan wanita yang beriman adalah wali sebagian yang lain. Mereka saling memerintahkan kepada hal yang ma’ruf dan melarang kepada yang mungkar dan mereka mendirikan shalat dan mereka menunaikan zakat. Dan mereka menaati Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang selalu dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mulia dan Maha Sempurna Hikmah- Nya.” (At-Taubah: 71)

Dan sabda Nabi Shallallahu'alaihi wasallam:

من دلّ على خيرفله مثل أجرفاعله (رواه مسلم

“Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka dia mendapatkan pahala semisal dengan orang yang melakukannya.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya)

“Barangsiapa di antara kalian yang melihat satu kemungkaran hendaknya ia mengubah dengan tangannya, apabila ia tidak mampu maka hendaknya ia mengubahnya dengan lisannya, namun apabila ia tidak mampu maka dengan hatinya dan ini adalah selemah-lemah keimanan.” (Shahih, HR. Muslim dalam Shahih-nya)

Di samping itu masih banyak ayat-ayat serta hadits-hadits dalam masalah ini.

Tidak diragukan lagi bahwa kewajiban para pengajar lebih berat daripada kewajiban murid-muridnya. Wajib bagi mereka untuk memperhatikan anak didiknya dan mengarahkan mereka agar memiliki akhlak mulia, sifat-sifat yang terpuji serta mengamalkan apa yang telah mereka ketahui. Kewajiban para pengajar wanita adalah bertakwa kepada Allah dalam mendidik murid-murid perempuan mereka, dan mengajarkan kepada mereka akhlak mulia yang dilandasi oleh agama dan aqidah yang benar di dalam setiap pelajaran dan nasihat, sehingga akan muncul generasi yang shalih dari kalangan para pelajar dan pengajar, kelak di kemudian hari.
Kewajiban para pengajar merupakan sesuatu yang besar, demikian pula dakwah kepada Allah ta’ala merupakan kewajiban yang besar bagi setiap orang. Oleh karena itu, setiap orang yang berilmu wajib mengajari anak-anaknya serta keluarganya dan selain mereka sesuai kemampuannya. Begitu pula setiap wanita yang berilmu, wajib mengajari anak-anak, saudara perempuannya dan para wanita di sekelilingnya. Hendaknya ia mengambil kesempatan dalam pertemuan-pertemuan, seperti walimah dan yang lainnya, untuk berdakwah kepada Allah dan memerintahkan perkara yang ma’ruf serta mencegah dari perkara-perkara yang mungkar, memberikan peringatan kepada kaumnya, mengajari serta memberi petunjuk kepada mereka. Ketika melihat saudaranya ber-tabarruj di hadapan laki-laki atau di jalanan, hendaknya ia melarang dan memperingatkannya dari perbuatan seperti itu. Ia harus pula memperingatkan anak-anak, saudara-saudara perempuan ataupun tetangga dan selain mereka, dari rasa malas menunaikan shalat, mengajak mereka untuk melakukan kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran. Inilah kewajiban setiap orang, sebagaimana Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Dan laki-laki yang beriman dan perempuan yang beriman sebagian mereka adalah wali bagi sebagian yang lain.” (At-Taubah: 71)

Makna / auliya disini adalah bahwasanya mereka saling mencintai karena Allah sehingga mereka tidak saling bermusuhan. Seorang mukmin adalah wali bagi saudaranya sesama muslim, demikian juga seorang mukminah adalah wali bagi bagi saudaranya yang muslim.

Kiriman : Akhi Nailul Fardi

Friday, December 11, 2009

Mawaid

1. Bersihkan Rumah Dari Setiap Perhiasan Yang Menyerupai Patung-Patung Dan Berhala.
2. Banyakkan Bergaul Dengan Orang-Orang Yang Soleh Dan Melibatkan Diri Dengan Majlis-Majlis Ilmu.
3. Mudah Untuk Memberikan Kemaafan Di Atas Kesalahan Orang Lain Terhadap Kita.
4. Bila Berada Dalam Keadaan Marah Janganlah Berlebihan, Ingatlah Sifat Marah Itu Adalah Berasal Dari Syaitan.
5. Banyak Mengerjakan Sembahyang Berjemaah Terutama Di Masjid.
6. Banyakkan Berdoa, Berzikir Dan Bertahmid Kepada Allah S.W.T.
7. Banyakkan, Beristighfar Dan Memohon Taubat Kepada Allah S.W.T.
8. Cintailah Seseorang Tetapi Tidak Berlebihan.
9. Hargailah Setiap Pemberian Dan Hadiah Dari Orang Lain Kepada Kita.
10. Jangan Terlalu Tamak Pada Harta.
11. Jangan Terlalu Bercita-Cita Tinggi Terhadap Sesuatu Kedudukan.
12. Jangan Berkeinginan Terlalu Tinggi Melebihi Dari Kemampuan Diri.
13. Tidak Merasa Goyah Kerana Sesuatu Fitnah Yang Dilemparkan.
14. Jangann Mencampuri Harta Yang Halal Dengan Yang Haram.
15. Jangan Mempunyai Musuh Kecuali Iblis Dan Syaitan.
16. Jangan Terlalu Takut Kepada Kemiskinan Dan Kesusahan.
17. Jangan Melakukan Sesuatu Yang Menyebabkan Orang Lain Terganggu.
18. Jangan Berkata Sesuatu Yang Menyebabkan Orang Lain Rasa Terhina.
19. Jangan Cepat Percaya Kepada Berita Buruk Mengenai Sahabat Kita Sebelum Diperiksa Akan Kebenarannya.
20. Jangan Melengah-Lengahkan Tanggungjawab Dan Kewajiban.
21. Jangan Terlalu Banyak Membuat Hutang.
22. Jangan Terlalu Mudah Membuat Janji, Tetapi Tidak Menunaikannya.
23. Jangan Menyimpan Dendam Dan Berkeinginan Untuk Membalas Kejahatan Dengan Kejahatan.
24. Jangan Menyimpan Benci Terhadap Orang Yang Membenci Kepada Kita.
25. Jangan Membiasakan Diri Dengan Berkata Dusta Dan Berbohong.
26. Jangan Membuka Aib Orang Lain.
27. Jangan Bersedih Kerana Miskin, Dan Jangan Bersikap Sombong Kerana Kaya.
28. Jangan Menghabiskan Waktu Untuk Sekadar Mendapat Hiburan Dan Kesenangan Yang Melalaikan.
29. Jangan Ada Rasa Takut Kecuali Kepada Allah.
30. Jangan Membiasakan Diri Melakukan Dosa-Dosa Kecil.
31. Jangan Bersikap Sombong, Takabur, Angkuh Dan Besar Kepada.
32. Jangan Menzalimi Dan Mengianaya Anak-Anak Yatim.
33. Jangan Menghina Kepada Mereka Yang Suka Meminta-Minta, Hulurkan Sedekah “Kerana Allah” Sekadar Yang Mampu.
34. Jangan Membuat Dosa Terhadap Kedua Ibu Bapa.
35. Jangan Menyimpan Hasad Dengki Dan Dendam Di Atas Kejayaan Orang Lain.
36. Jadilah Seorang Insan Yang Boleh Menyumbangkan Manfaat Kepada Agama, Bangsa Dan Negara.
37. Jangan Meraih Kejayaan Di Atas Penderitaan Dan Kesengsaraan Orang Lain.
38. Jangan Mengumpul Kekayaan Tetapi Dengan Memiskinkan Orang Lain.
39. Sentiasa Berlaku Adil Dalam Setiap Urusan Dan Pekerjaan.
40. Sentiasa Memelihara Aurat Dari Pandangan Yang Bukan Mahramnya.
41. Sentiasa Menghormati Dan Menyimpan Perasaan Kasih Kepada Guru-Guru Dan Alim Ulamak.
42. Sentiasa Mengingati Kepada Kematian Dan Menyedari Bahawa Kehidupan Di Dunia Ini Adalah Sementara Sahaja.
43. Sentiasa Berlaku Adil Walaupun Diri Kita Sendiri Yang Akan Menanggung Kerugian.
44. Sentiasa Memelihara Dan Menjaga Amanah Dengan Penuh Rasa Tanggungjawab.
45. Sentiasa Memandang Kebawah Supaya Diri Kita Bersyukur Kepada Allah Di Atas Apa Yang Diberikan.
46. Jangan Berputus Asa Bila Berhadapan Dengan Kesusahan.
47. Kurangkan Percakapan Dan Perbualan Yang Mensia-Siakan.
48. Makanlah Dengan Secukupnya Tetapi Tidak Terlalu Kenyang Dan Berlebihan.
49. Membanyakkan Membaca Al Quran Dan Meghayati Maksudnya.
50. Menjauhkan Diri Dari Penyakit-Penyakit Batin.
51. Membanyakkan Sembahyang Malam (Sunat).
52. Membanyakkan Bersolawat Ke Atas Nabi Muhammad S.A.W.
53. Menyayangi Kepada Fakir Miskin Dan Sentiasa Berlaku Baik Terhadap Mereka.
54. Menganggap Setiap Pertemuan Kerana Allah Dan Perpisahan Juga Kerana Allah
55. Sentiasa Berwaspada Dan Menjauhkan Diri Dari Dosa-Dosa Besar.
56. Sentiasa Bersyukur Bila Mendapat Nikmat, Bersabar Bila Mendapat Kesulitan.
57. Sentiasa Bertawakal Di Atas Setiap Kerja Dan Amal.
58. Sentiasa Ikhlas Di Atas Setiap Kerja Dan Perbuatan.
59. Tunaikanlah Janji, Bila Telah Diikrarkan Dan Mintalah Maaf Bila Tidak Dapat Melaksanakannya.
60. Yakin Diri Setiap Kebajikan Akan Mendatangkan Kebaikan Dan Setiap Kejahatan, Akan Mendatangkan Kerosakan.
61. Sentiasa Menghormati Kepada Setiap Orang Walaupun Ianya Lebih Muda Dari Kita.

Kiriman : Akhi Nailul Fardi

Kotak Carian