Tuesday, March 16, 2010

Dana Pembiayaan Pembangunan TPINI

"Jer basuki mowo beo" adalah istilah orang Jawa yang ertinya kalau ingin berjaya mesti dengan pembiayaan/ pengorbanan. Menyedari hal ini saya membentuk AJK Pembangunan untuk mencari dana dan saya urus secara rasmi yakni dengan izin/ restu daripada JAIS bahkan sebulan sekali saya berceramah di bangunan SUK Selangor. Dana-dana pembinaan seterusnya diperolehi dari :
  1. Para dermawan
  2. Orang perseorangan
  3. Masjid dan surau
  4. Pejabat
  5. Kerajaan
Disamping itu, hampir setiap bulan saya pergi berceramah di Singapura dan Johor Bahru. Jadi saya gunakan sebaiknya kesempatan untuk mencari dana pembinaan. Untuk pengesahan pembinaannya, pihak dari Singapura telah datang ke sini (TPINI) sebanyak dua bas. Setelah mereka melihat sendiri, bertambah keyakinan mereka untuk membantu dengan menubuhkan AJK bagi memohon bantuan kewangan. Di Malaysia sendiri khususnya di Lembah Kelang terlalu ramai yang secara diam-diam membantu dalam pembiayaan pembinaan TPINI. Jika ingin dinukilkan di sini tidak cukup lembaran untuk ditulis. Sehingga sekarang mereka yang mengikuti pengajian yang diadakan turut memberikan bantuan dan sokongan yang berterusan.

Bersambung...

Monday, March 15, 2010

Pembinaan Taman Pendidikan Islam Nurul Iman

Saya sebagai orang pesantren, maka adalah tepat saksi kalam diberi amanah untuk membina pondok pesantren dan disesuaikan istilahnya di Malaysia makan ianya dinamakan Taman Pendidikan Islam Nurul Iman. Dengan kuasa Allah S.W.T saya seringkali bahkan hampir sebulan sekali berceramah di Sabak Bernam dan Sungai Besar terutamanya di Tebuk Pulai. Maka ketika saya umumkan pembinaan pondok pesantren di Bukit Cherakah, terus AJK masjid di sana mewakafkan kayu-kayu, tiang masjid yang masih boleh diguna untuk pembinaan pondok.

Alhamdulillah dengan bantuan Kontena Nasional dan Tuan Haji Ahmad dari Kampung Sungai Gulang-Gulang, Tanjung Karang dan kami mengangkut kayu-kayu tersebut sehingga selesai. Dengan dipimpin oleh Al Marhum Tuan Haji Zuhdi dan murid-muridnya dari Pondok Haji Abu Dandak Sungai Pinang, Klang bermulalah pembinaan pertama menggunakan kayu-kayu wakaf dari Masjid Tebuk Pulai. Saya juga diperuntukkan sebidang tanah untuk kediaman Kiyai/ Mudir. Dalam seminggu sekali saya dengan para pekerja tidur di sini dan bermacam-macam gangguan yang dilalui, maklumlah tanah dara yang belum pernah dihuni orang. Setelah satu minggu, selesai pembinaan rumah sementara yang boleh digunakan untuk tidur dan istirehat. Saya mengajak seorang teman iaitu Ustaz Muhibbin dan anak-anak murid saya memulakan dengan Hafizul Quran dan bacaan Manaqib didahului solat hajat dan keesokkan harinya bermulalah pecah tanah sebagai tanda permulaan pembinaan sebuah pondok pesantren.

Bersambung...

Monday, March 01, 2010

Fikir dan risau Rasulullah - Detik-detik Rasulullah SAW Menghadapi Sakaratul Maut

Ada sebuah kisah tentang cinta yang sebenar-benar cinta yang dicontohkan Allah melalui kehidupan Rasul-Nya. Pagi itu, walaupun langit telah mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu,Rasulullah dengan suara terbatas memberikan kutbah, "Wahai umatku,kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Maka taati dan bertakwalah kepada-Nya. Kuwariskan dua perkara pada kalian, Al Qur'an dan sunnahku. Barang siapa mencintai sunnahku, bererti mencintai aku dan kelak orang-orang yang mencintaiku, akan masuk syurga bersama-sama aku."

Khutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang tenang dan penuh minat menatap sahabatnya satu persatu. Abu Bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan nafas dan tangisnya.Usman menghela nafas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang,saatnya sudah tiba. "Rasulullah akan meninggalkan kita semua," keluh hati semua sahabat kala itu. Manusia tercinta itu, hampir selesai menunaikan tugasnya
didunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan cergas
menangkap Rasulullah yang berkeadaan lemah dan goyah ketika turun dari mimbar. Disaat itu, kalau mampu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu. Matahari kian tinggi, tapi pintu rumah Rasulullah masih tertutup. Sedang didalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seorang yang berseru mengucapkan salam. "Bolehkah saya masuk?" tanyanya. Tapi Fatimah tidak mengizinkannya masuk,"Maafkanlah, ayahku sedang demam," kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, "Siapakah itu wahai anakku?" "Tak tahulah ayahku, orang sepertinya baru sekali ini aku melihatnya," tutur Fatimah lembut. Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan.Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. "Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malakul maut,"kata
Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut sama menyertainya.
Kemudian dipanggilah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

"Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?" Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. "Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua syurga terbuka lebar menanti kedatanganmu," kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuatkan Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan. "Engkau tidak senang mendengar khabar ini?" Tanya Jibril lagi. "Khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?"
"Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: 'Kuharamkan syurga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya," kata Jibril.

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas.Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. "Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini." Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka. "Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?" Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. > "Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal," kata Jibril.

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, kerana sakit yang tidak tertahankan lagi. "Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku." Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku" - "Peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu."

Di luar pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya, dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. "Ummatii, ummatii, ummatiii" - "Umatku, umatku, umatku" Dan, berakhirlah hidup manusia mulia yang memberi sinaran itu.

Kini, mampukah kita mencintai sepertinya? Allahumma sholli 'ala Muhammad wa baarik wa salim 'alaihi... Betapa cintanya Rasulullah kepada kita.

Kirimkan kepada sahabat-sahabat muslim lainnya agar timbul kesedaran untuk mencintai Allah dan RasulNya, seperti Allah dan Rasulnya mencintai kita untuk mentaati semua perintah ALLAH s.w.t. cara yang ditunjukkan oleh Rasul s.a.w.
Karena sesungguhnya selain daripada itu hanyalah fana belaka...

Kotak Carian